Bambang Utomo,
Sukses Karena Mimpi Dan Kejujuran
Mimpi dan angan-angan itulah y.ang sudah dibuktikan Bambang Utomo, 42 tahun, pemilik CV. Amanah Bersama yang berkantor di Kec. Kedung Adem - Bojonegoro. Kini dia telah berhasil menciptakan sebuah usaha arisan kendaraan bermotor hingga berkembang pesat. Padahal awalnya usaha arisan motor yang diciptakan itu mendapat cibiran dan cemoohan orang-orang di sekitarnya. Namun begitu dia tetap percaya diri dan terus bertekad membuktikan, bahwa usahanya itu bisa berhasil.Meski awalnya usaha itu ditangani sendiri, akan tetapi lambat laun kini memiliki jumlah karyawan sebanyak 20 orang. Kali pertama dia membentuk kelompok arisan dengan mengundang teman-temannya se-Kedung Adem sebanyak 70 orang, tapi yang datang hanya 40 orang. Hingga untuk menutup kekurangan anggota, dia terpaksa menalanginya sebanyak 30 orang.
Usaha arisan kendaraan bermotor itu kini telah memiliki 68 kelompok arisan dengan jumlah anggota sebanyak 4760 orang yang tersebar di 24 kecamatan se-Bojonegoro dan tiga kelompok arisan mobil di Kab. Bojonegoro, Tuban dan Lamongan. Mengawali cerita keberhasilan mendirikan usaha arisan itu, Bambang yang juga tenaga pendidik di terinspirasi dengan banyaknya siswa yang bersekolah menggunakan sepeda motor. Padahal setelah ditelusuri kendaraan itu diperoleh orangtua siswa dengan sistem kredit.
Kemudian dia menciptakan arisan sepeda motor dengan pembayaran Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu sudah dapat sepeda motor senilai 13 juta. Awalnya usaha yang mulai dijalani mendapat cibiran dan hinaan dari orang-orang sekitar Kedung Adem. “Memang awalnya sulit diterima. Bahkan banyak cibiran dan hinaan dari orang-orang sekitar. Hingga saya terus percaya diri dan bertekad untuk berusaha agar apa yang ditakuti orang itu berhasil,” terang Bambang.
Bambang utomo, pria kelahiran 1970 yang kini tinggal bersama istrinya Isrofin dan dua anaknya, Muhammad Yanzuril Ghu;am Miraza. 19 tahun dan Ladya Zahra Izzah Pasha, umur 6 tahun. di Desa Tumbras Anom, Kec. Kedung Adem, semenjak usia sekolah dasar kelas empat memang sudah memiliki jiwa wirausaha.
Seumur itu dia sudah diajarkan bekerja giat membantu orangtua yang saat itu berdagang tempe. Sepulang dari sekolah, tiap harinya dia membantu orangtuanya membuat tempe. “Sembari menginjak-injak kedelai di sebuah kali atau sungai. Saya membayangkan seolah-olah tangan saya sambil nyetir mobil,” ujar bambang mengawali cerita keberhasilannya.
Bahkan ketika masih sekolah di PGA Bojonegoro, tiap kali dia pulang ke rumahnya Desa Banaran, Kec. Kedungadem seminggu satu kali dia rela menggunakan sepeda pancal. Setelah lulus sekolah PGA tahun 1989 Bambang Utomo melanjutkan pendidikannya di IKIP Bojonegoro dan memberanikan diri buka usaha selep tepung beras.
Dengan modal sertifikat tanah dia memperoleh pinjaman dari sebuah bank sebesar Rp 1 juta dan dugunakan untuk membeli mesin tepung itu.
“Waktu itu penghasilan dari usaha selep tepung lumayan tinggi. Rata-rata per hari menghasilkan uang sebesar Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu. Padahal ongkos satu kilonya seratus rupiah,” jelasnya. Tepung berasnya lanjutnya, dikemas atau dibungkus dan dijual di wilayah Kedungadem, Sumberejo dan Kecamatan Babat. Bahkan sembari berangkat kuliah dia memasarkan tepung tersebut. “Teman-teman kuliah sudah tahu semua kalau saya ini kuliah sambil jualan tepung,” singkatnya.
Namun selang tiga tahun, usaha selep tepung mulai sepi. Karena di tiap desa sudah banyak orang yang meniru usaha tersebut. Hingga tahun 1992 akhirnya Bambang beralih bisnis palawija, beras dan jagung yang dibeli dari petani. Lalu beras yang dibeli tersebut diproses atau dipoles dan dikemas 10 kg dan 25 kg dan dikirim ke Surabaya dan Bawean.
Waktu terus berjalan dan Bambang pun memiliki modal yang cukup dan mampu membeli kendaraan roda empat sejenis pick up atau tepak. Kendaraan itu digunakan untuk memasarkan dan ngirim beras. Nampaknya usaha berdagang beras dengan berkeliling ternyata juga mulai bermunculan pesaingnya. Hingga di tahun 1999 Bambang memiliki ide membuka usaha baru, yakni konter hp dan pasang antena.
Namun baru beberapa tahun usaha konter pun sepi. Kemudian tahun 2002 berhenti usaha dan berangkat ke Surabaya melihat proses pembuatan air minum isi ulang dan menanyakan untuk membuat air minum isi ulang itu sampai berapa harga alatnya.
Ternyata harganya sebesar Rp 40 juta. Lucunya lagi, untuk memperoleh modal usaha mendirikan isi ulang itu, dia hajatan dengan mengkhitankan anaknya. Sampai saat ini usaha air mium isi ulang masih berjalan di Kec. Kedungadem, Sumberrejo dan Bojonegoro. Bahkan dia juga Ketua Asosiasi Pengusaha Depot Minum Air Minum Indonesia (ASPADA) di Bojonegoro yang memiliki jumlah anggota sebanyak 450 depot air minum se-Bojonegoro. Hingga 2003 lalu air minum isi ulang menjamur.
Selain arisan motor, Bambang yang juga lulusan S2 Manajemen UPB Surabaya, 2004 juga masih membuat unit-unit usaha seperti. Rental mobil, toko baju dan alat tulis kantor dan jasa pesanan tiket pesawat dan kapal.
Namun keberhasilan Bambang memang juga dari pengalaman spiritualnya, yang tidak saya lupakan dalam usaha ini mencari ridho Alloh SWT dan setiap hari mau berangkat kerja selalu melakukan sholat Dhuha terlebih dulu. Keberhasilan dan kesuksesan Bambang tak hanya untuk dirinya sendiri.
Dia juga menyisihkan untuk bersedekah. Dia memiliki 70 anak asuh di seluruh Bojonegoro dalam bentuk beasiswa. Dia juga mendirikan mushola yang dipergunakan tetangga sekitar rumahnya. Selain itu, dia juga tahun depan memebarangkat kedua kedua orangtuanya dan mertuanya berangkat haji ke tanah suci.
“Memang jiwa saya itu suka tantangan. Sekiranya orang usaha itu takut itulah yang saya jalankan. Belum ada selep tepung saya bikin. Dan belum ada air minum isi ulang se-Bojonegoro saya coba bikin. Belum ada arisan sebesar ini saya mencobanya. Rental mobil yang belum ada saya yang pertama,” ungkapnya.
Menurut Bambang, setiap orang itu bisa melaksanakan bisnis apapun. Terkadang setelah lulus dari kuliah justru sibuk cari kerja. Padahal sebenarnya harus bisa menciptakan peluang usaha.*****agiels/nastain
Tidak ada komentar